WELCOME TO MY BLOG

Rabu, 11 Maret 2015



Praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah

LAPORAN MINI RISET
LICHEN
LOKASI : HALAMAN DEPAN DAN SAMPING FIP


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I BIO DIK C 14
TRY UTARI                                       4142141029
ERMILA HAFNI NASUTION         4141141022
SUKMA INSANI SIAHAAN          4141141070
SRI ARDINA                                                4142141016
SYARIEL DIPUTRA SIHOLE        4141141072
MISKA KHAIRANI                         4143141040
                          ELISABETH SIHOMBING                       4142141004   

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED 2015

A.    LATAR BELAKANG
Lichen sebagai tumbuhan yang menjadi bioindikator memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Lichen membantu manusia dalam mengetahui kadar polusi di suatu wilayah tertentu. Lichen juga berperan sebagai tumbuhan perintis, yang berarti lichen dapat hidup saat tumbuhan lain tidak dapat hidup. Misalnya pada lahan tandus, lahan bekas letusan gunung merapi, bebatuan, dan gurun pasir.

Lichen yang biasa disebut dengan lumut kerak adalah hasil simbiosis antara fungi dan alga hijau biru atau yang disebut dengan heliostoma. Fungi tidak dapat berfotosintesis sedangkan alga yang bersimbiosis dengan fungi dapat berfotosisntesis. Fungi sendiri berperan sebagai media tumbuhnya alga karena alga tidak dapat langsung tumbuh pada pohon atau bebatuan.
Jenis lichen yang dapat tumbuh dipengaruhi oleh kadar polusi suatu tempat. Pada wilayah yang berpolusi cukup tinggi umumnya hanya lichen jenis foliose yang dapat tumbuh. Sedangkan untuk wilayah yang berudara bersih biasanya lichen yang tumbuh adalah lichen janggut tipe squamulose.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pembagian lichen berdasarkan tipe pertumbuhannnya?
2.      Apakah kondisi tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan lichen?
3.      Bagaimana polusi udara dapat mempengaruhi pertumbuhan lichen?

C.    TUJUAN
1.      Mengamati tipe-tipe lichen yang terdapat di halaman depan dan samping FIP
2.      Mengamati keanekaragaman lichen di halaman depan dan samping FIP
3.      Mengamati pengaruh polusi terhadap keanekaragaman lichen di halaman depan dan samping FIP
4.      Mengamati daerah tumbuh lichen di halaman depan dan samping FIP.
5.      Mengamati bentuk dan ukuran lichen di sekitar halaman depan dan samping FIP.

D.    TINJAUAN TEORITIS
Menurut (Suhono, 2012) liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi.  Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi ekstrim seperti di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi [erintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari.
Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali (Hasnunidah,2009).
Menurut Cahyono (1987) diacu dalam Pratiwi (2006), menyatakan bahwa lichen dapat dijadikan sebagai tumbuhan indikator untuk pencemaran udara dari kendaraan bermotor,dimana adanya pencemaran udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lichen dan penurunan jumlah jenis dengan beberapa marga. Kelangkaan lumut kerak di wilayah yang terpolusi merupakan suatu fenomena yang telah diketahui dan secara umum dapat disimpulkan bahwa kelompok organisme-organisme ini beberapa memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap pencemaran udara(Treshow,1984 diacu dalam Istam, 2007) dalam jurnal Siti Nurjanah. (Siti Nurjanah, -)
Struktur morfologi lichen yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata dan organ absorptif, memaksa lichen untuk bertahan hidup di bawah cekaman
polutan yang terdapat di udara. Jenis lichen yang toleran dapat bertahan hidup di
daerah dengan kondisi lingkungan yang udaranya tercemar. Sementara itu, jenis
lichen yang sensitif biasanya tidak dapat ditemukan pada daerah dengan kualitas
udara yang buruk. Perbedaan sensitifitas lichen terhadap polusi udara berkaitan erat dengan kemampuannya mengakumulasi polutan (Conti dan Ceccheti 2000) dalam jurnal Desi Maria Panjaitan. (Desi Maria Panjaitan, -)

E.     ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
No.
Nama Alat
Jumlah
1.
Penggaris
1 buah
2.
Meteran Kain
1 buah
3.
Pulpen
1 buah
4.
Kamera
1 buah
5.
Laporan Sementara
1 lembar

F.     PROSEDUR KERJA
No.
Prosedur Kerja
1.
Menyediakan alat dan bahan mini riset lichen.
2.
Menentukan dan mendatangi lokasi pengamatan.
3.
Mengidentifikasi tipe lichen yang ditemukan.
4.
Mengukur lebar dan panjang lichen dengan menggunakan penggaris dan meteran kain.
5.
Mengukur ketinggian lichen dari permukaan tanah.
6
Mencatat hasil pengukuran dalam lembar data pengamatan.

G.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengamatan di halaman depan dan samping FIP, kami menemukan 2 tipe lichen, yaitu foliose dan crustose. Lichen yang kami temukan kebanyakan tumbuh di batang pepohonan dan sebagian kecil ditemukan pada batu yang terletak dekat dengan parit. Hampir semua tipe lichen yang ditemukan adalah tipe foliose. Untuk tipe crustose hanya ditemukan pada satu batang pohon. Warna lichen bertipe folioseyang ditemukan berwarna hijau dan ada pula yang berwarna putih kehijauan. Sedangkan untuk tipe crustese berwarna coklat.
Kondisi lingkungan tempat ditemukannya lichen terpapar oleh sinar matahari, berada dekat dengan parkiran sepeda motor dan jalan yang banyak dilalui kendaraan. Jarak rata-rata tumbuhnya lichen
Tipe-Tipe Lichen
Berdasarkan pertumbuhannnya, tipe lichen dibedakan menjadi:
·         Foliose
Lichen yang memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini melekat pada batu-batu, ranting dengan rhizenes. Rhizenes berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan..
·         Crustose                                                                                       
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di atas tanah. Lichen crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis disebut leprose.
·         Fruticose                                                                                                       
 thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu daun-daunan atau cabang pohon.
·         Squamulose                                                                                                          
lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang Biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.

Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Lichen
Intensitas Cahaya
        Intensitas cahaya merupakan faktor penting yang membantu menentukan penyebaran dan pembentukan keanekaragaman tumbuhan. Berdasarkan adaptasinya terhadap cahaya, ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, juga ada tumbuhan yang tidak memerlukan cahaya penuh. Beberapa lichen yang termasuk ganggang cyanophyta (cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah. Lichen juga mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang memiliki intensitas cahaya yang tinggi dan juga rendah, hal ini ditandai dengan adanya lichen yang hidup di gurun dan di utara.

Lichen Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara
Berdasarkan riset yang telah dilakukan di depan dan samping FIP, tipe foliose ditemukan lebih banyak daripada tipe crustose. Tipe foliose berwarna putih kehijauan dan warna hijau, sedangkan tipe crustose yang ditemukan memiliki warna coklat kusam. Berdasarkan literatur yang kami baca (jurnal)  jika di suatu tempat terdapat lebih banyak lichen dengan tipe foliose dibandingkan dengan tipe lichen yang lainnya, maka dapat ditarik simpulan kawasan ini memiliki kualitas udara yang rendah akibat adanya kepadatan lalu lintas setiap harinya.
H.    KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan,tipe lichen yang kami amati hanya ada 2 tipe yaitu foliose dan crustose dan lichen di FIP di dominasi warna hijau.sedikitnya jumlah lichen di pengaruhi oleh polusi di FIP yang bisa di katakan tinggi,karena lokasi FIP yang tepat berada di samping jalan tol dan jalan utama menuju unimed dengan jumlah kendaran yang cukup banyak.sehingga lichen pun hanya sedikit di jumpai di FIP
















DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni. 2009. Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung: Unila
Nurjanah, Siti, Yousep Anitasari, Shofa Mubaidullah, dan Ahmad Bashri. -. Keragaman dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kediri. Jurnal Biologi
Panjaitan, Desi Maria, Fitmawati dan Atria Martina. -. Keanekaragaman Lichen Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau.  Jurnal FMIPA
Suhono, B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi.














































Tidak ada komentar:

Posting Komentar